Setelah empat kuartal mengalami situasi resesi ekonomi, perekonomian Indonesia akhirnya bangkit dari keterpurukan. Ekonomi Indonesia tumbuh 7,07% pada kuartal II 2021, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY), menurut Badan Pusat Statistik (BPS).
Prestasi ini tentu sangat menginspirasi. Perolehan berjalan serempak dengan prakiraan pemerintah yang menyerukan agar perekonomian tumbuh pada kisaran 7%. Hasil ini juga sesuai dengan prediksi Presiden Joko Widodo, yang menyatakan bahwa pemerintah optimis pertumbuhan ekonomi akan mencapai 7% pada kuartal II 2021, naik dari minus 0,74% pada kuartal I.
Dari sisi kinerja, Margo Yuwono, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), mengatakan pertumbuhan yang relatif kuat tersebut merupakan hasil pulihnya perekonomian setelah sempat mengalami penurunan selama empat kuartal.
Babak Baru
Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan (Menkeu), menyatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II 2021 yang meningkat 7,07 menunjukkan bahwa rencana dan arah pemulihan ekonomi negara sudah tepat.
“Triwulan kedua menggambarkan arah pemulihan sudah benar, strategi pemulihan ekonomi juga sudah benar, dan sudah mulai menghasilkan dampak atau hasilnya,” ujar Sri Mulyani dalam sebuah konferensi pers (05/08).
Semua mesin pertumbuhan mulai pulih. Konsumsi rumah tangga meningkat 5,9%, investasi meningkat 7,5%, perdagangan meningkat 9,4%, bangunan meningkat 4,4%, transportasi meningkat 25,1%, dan akomodasi makanan dan minuman meningkat 21,6%.
Sektor vital seperti manufaktur juga meningkat sebesar 6,6%. Sejak kuartal pertama, kinerja ekspor telah membaik pada tingkat 7%, meningkat menjadi 31,8 persen pada kuartal kedua. Impor naik 5,5 persen pada kuartal pertama, dan tren berlanjut pada kuartal kedua, dengan peningkatan 31,2 persen.
“Ini menunjukkan bahwa semua sektor sekarang benar-benar mulai menggeliat dan berfungsi, antara lain karena kebijakan pemerintah yang terus melakukan intervensi baik dalam demand maupun supply,” tambahnya.
Faktor Pertumbuhan
Di samping itu, Suahasil Nazara, Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu), mengklaim bahwa elastisitas Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) menjadi kunci dari pemulihan yang terjadi.
“Peran dari fiskal adalah menjadi fleksibel. Ketika dibutuhkan support dari fiskal, fiskalnya masuk. Maka seperti pada 2020 ilustrasinya, pengeluaran pemerintahnya yang tumbuh positif dan menjadi penahan supaya growth tidak melorot lebih dalam,” kata Wamenkeu via daring dalam Webinar bertajuk 'Sinergi Menjaga Momentum dan Optimisme Pemulihan Ekonomi'.
Pertumbuhan ekonomi triwulan II menunjukkan keseimbangan antara mobilitas ekonomi masyarakat dan wabah Covid-19.
Wamenkeu menilai bahwa hal ini dikarenakan pergerakan ekonomi masyarakat menyeimbangkan penyebaran Covid-19. Artinya, keseimbangan yang terbaik harus terus dicari. Hal ini dipertahankan agar terjadi keseimbangan yang tepat antara penularan Covid-19 dan pergerakan ekonomi masyarakat.
Seluruh komponen perekonomian, baik konsumsi, investasi, ekspor, maupun impor sudah mulai tumbuh positif, menunjukkan peningkatan aktivitas ekonomi.
Terlepas dari tingkat ketidakpastian yang tinggi akibat pandemi, pemerintah yakin bahwa ia berada di jalan menuju pemulihan berkat berbagai dukungan kebijakan sektor fiskal, moneter, dan keuangan.
Selama periode Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), pemerintah terus fokus pada upaya pengurangan Covid-19 dengan percepatan imunisasi, perlindungan masyarakat miskin dan rentan, pendampingan pelaku usaha melalui berbagai program Perlindungan Sosial (Pelinsos), serta peningkatan daya saing.
Baca Juga Pertumbuhan Sektor Pertanian Tertinggi pada Triwulan II