Kurang lebih tiga tahun sudah Tony Wenas menduduki posisi Presiden Direktur di PT Freeport Indonesia (PTFI). Bukan hal yang mudah, sebab PTFI merupakan salah satu perusahaan tambang terkemuka di dunia. Selama memegang komando utama, Tony dihadapkan dengan dua kendala, yakni hambatan alam dan keamanan wilayah sekitar.
Namun, tantangan ada bukan untuk dihindari, melainkan dihadapi. Melalui teknologi mutakhir, PTFI memastikan bahwa operasi penambangan dilakukan dengan aman, bahkan di lingkungan yang paling sulit sekalipun. Kemudian, PTFI bekerja sama dengan pihak berwenang untuk menjamin keselamatan karyawan sekaligus keluarga mereka yang tinggal dan bekerja di PTFI Kabupaten Mimika, Papua.
PTFI menganut prinsip “Safe & Sustainable Production”. Artinya, kegiatan usaha dilakukan tidak hanya dengan berpegang pada prinsip-prinsip keberlanjutan, tetapi juga dengan mendukung aspek kesehatan dan keselamatan kerja. Sumber daya alam yang dikelola PTFI tidak dapat diregenerasi, tetapi operasi berlangsung aman dan berkelanjutan.
Nilai yang Dianut
Ilmuwan Albert Einstein pernah mengatakan, “Try not to become a man of success, but rather try to become a man of value”. Bisa diartikan juga, menjadi manusia yang bernilai berarti mengikuti prinsip-prinsip dasar seperti kejujuran, ketekunan, kesetaraan, dan empati terhadap orang lain. Tony Wenas memodifikasinya dalam konteks perusahaan menjadi, “Try not to become a company of success, but rather try to become a company of value.”
Faktor nilai atau value adalah hal yang sangat penting dalam keberlangsungan sebuah perusahaan. PTFI meyakini hal ini, sehingga terkandung dalam nilai perusahaan yang komprehensif bernama SINCERE (Safety, Integrity, Commitment, Respect, and Excellence). Atau dalam Bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai Keselamatan, Integritas, Komitmen, Rasa Hormat, dan Keunggulan. Nilai SINCERE menjadi panduan PTFI dalam bekerja dan berinteraksi di dalam ruang lingkup perusahaan, dan di tengah-tengah masyarakat.
PTFI bertumpu pada kerja sama untuk memajukan perusahaan, disokong oleh dasar-dasar (value) dari perusahaan. Sejak akhir tahun 2018, value tersebut menubuhkan hasil untuk negara.
Mayoritas saham PTFI dimiliki oleh Pemerintah Indonesia, yaitu sebesar 51,2% (melalui PT Inalum dan PT Indonesia Papua Metal dan Mineral atau IPPM). Sebelumnya, 60% pendapatan dari operasional PTFI masuk ke dalam penerimaan negara, dan 40%-nya masuk ke Freeport-McMoRan. Sekarang dengan mayoritas saham PTFI dimiliki Pemerintah Indonesia, maka lebih dari 75% pendapatan dari operasional PTFI akan masuk ke negara.
Kontribusi PTFI terhadap pendapatan negara dalam bentuk manfaat langsung, dalam periode 1992-2020, mencapai USD 21 miliar. Ke depannya sampai tahun 2041, PTFI akan dapat berkontribusi lebih dari USD 40 miliar.
Setelah genap berusia 55, PTFI berencana untuk terus menambang secara maksimal cadangan yang ada di tambang bawah tanah di wilayah Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) PTFI, yang merupakan tambang bawah tanah terbesar di dunia. Pengoperasian sesuai dengan Long Term Investment Plan yang telah disepakati oleh pemegang saham.
PTFI di JIIPE Gresik
Selanjutnya sesuai IUPK PTFI, kini perusahaan tersebut sedang menggarap proyek pembangunan smelter tembaga baru di kawasan Java Integrated Industrial and Ports Estate (JIIPE), Gresik, Jawa Timur. Kapasitasnya mencapai 1,7 juta ton konsentrat per tahun, serta perluasan PT Smelting sebesar 300 ton konsentrat per tahun, sehingga total menjadi 2 juta ton per tahun.
Peningkatan tambang bawah tanah PTFI telah selesai sesuai dengan rencana kerja, dan dijadwalkan mencapai kapasitas penuh pada tahun 2022. Proyek pembangunan smelter masih berjalan, meskipun terhambat oleh wabah Covid-19. Ringkasnya, pembangunan smelter tembaga baru PTFI di JIIPE saat ini telah selesai 8%. Pembangunan fisik akan dimulai awal Oktober ini.
Jumlah total karyawan yang diproyeksikan untuk dipekerjakan pada tahap pembangunan smelter ini kira-kira sekitar 40.000. (dengan puncaknya sekitar 15.000 orang pada 2022-2023). Tenaga kerja yang terserap akan berkisar 500 hingga 1.000 pekerja saat mulai beroperasi nanti.
PTFI telah menyisihkan USD 3 miliar untuk pembangunan smelter tembaga baru. Jumlah total uang yang telah dinvestasikan sejauh ini adalah USD 388 juta. Katoda tembaga, serta batangan emas dan perak murni akan diproduksi oleh pabrik peleburan tembaga ini. Asam sulfat, terak, gipsum, dan timbal termasuk di antara produk sampingannya.